Trabasterkini.com
Tulang Bawang, 2 Januari 2025 – Di sebuah rumah sederhana yang berdiri kokoh yang menghadap jalan lintas Timur Sumatra kampung tua kecamatan Menggala Kabupaten tulang Bawang , kenangan dan harapan berkumpul menjadi satu. Rumah ini, yang telah menyaksikan tawa, tangis, dan perjuangan hidup, menjadi Saksi bisu dari perjalanan sebuah keluarga.
Kepala keluarga, Sudarwin, yang akrab disapa Papa, dan Rosidah, sang mama, telah membesarkan enam anak di rumah penuh cinta ini. Enam anak tersebut terdiri dari tiga laki-laki dan tiga perempuan. Mereka adalah Heriyanto, Heppeni Irawan, Herlina Sari, Heni Winda Sari, Hendi Jaya, dan Heriska Radina.
Heriyanto, anak pertama, telah berkeluarga dan dikaruniai tiga anak, dua laki-laki dan satu perempuan. Anak kedua, Heppeni Irawan, juga telah berkeluarga dan memiliki tiga anak, dua perempuan dan satu laki-laki. Anak ketiga, Herlina Sari, berkeluarga dengan dua anak, satu laki-laki dan satu perempuan. Anak keempat, Heni Winda Sari, memiliki satu anak perempuan. Anak kelima, Hendi Jaya, dan anak keenam, Heriska Radina, melengkapi keluarga besar ini dengan kasih sayang yang terus mengalir.
Rumah ini bukan hanya bangunan; ia adalah tempat di mana kasih sayang ditanam, impian dirajut, dan kebahagiaan diperdagangkan. Setiap sudutnya mengingatkan pada masa-masa indah ketika anak-anak bermain di halaman, suara canda tawa yang memenuhi ruangan, dan aroma masakan ibu yang selalu menggugah selera.
Namun, waktu terus berjalan. Kami ( anak – anak ) yang dulu kecil kini telah dewasa, membawa harapan dan kenangan rumah ini ke berbagai penjuru . Meski begitu, kami selalu kembali ke tempat ini, di mana segala sesuatunya bermula. Di rumah ini, kami dibesarkan dengan cinta dan pelajaran hidup yang tak bernilai.
Dengan penuh haru, keluarga ini mewarisi keberadaan rumah yang telah menjadi bagian penting dari kehidupan kami. Di rumah ini, kami belajar arti kebersamaan, ketulusan, dan cinta tanpa syarat.
“Di rumah ini, kami dibesarkan. Di sini kami belajar makna kehidupan dan arti keluarga,” .
“Terima kasih kami kepada Papa dan Mama yang sampai saat ini masih tetap berjuang untuk kami. Maafkan kami yang sampai saat ini masih belum bisa membahagiakan Papa dan Mama.”
Rumah ini akan selalu menjadi tempat yang spesial, bukan hanya karena bangunannya, tapi karena cerita yang terkandung di dalamnya. Di rumah ini, kenangan hidup, harapan masa depan, dan cinta keluarga akan abadi.
Penulis Heppeni Irawan